Mobilitas Aktif di Bandung, Mungkinkah?

Banopolis Inovasi Kendara
3 min readFeb 1, 2021

--

Semoga pemandangan ini bisa kita lihat di Bandung juga (dok. pribadi)

Pada 2019, kabar mengejutkan datang dari Asian Development Bank (ADB), berdasarkan hasil survei yang telah dilakukan di 278 kota dari 45 negara, ADB mengemukakan hasil surveinya bahwa Bandung tercatat sebagai kota termacet se-Indonesia. Di tingkat Asia, Bandung berada di urutan ke-14 kota termacet, mengalahkan DKI Jakarta yang berada di urutan ke-17, lalu Surabaya di urutan ke-20. Aktivitas yang terjadi di Bandung — di tengah kepadatan penduduk — turut andil dalam menyumbang kemacetan. Sistem aktivitas penduduk yang tak terakomodir oleh angkutan umum eksisting telah mengakibatkan ketergantungan yang tinggi terhadap penggunaan kendaraan pribadi.

Sementara solusi-solusi pengurai kemacetan kebanyakan berupa infrastruktur fisik dan solusi berbasis kendaraan bermotor, ada hal yang dapat dilakukan secara individual yang dapat berdampak positif, yaitu mobilitas aktif. Objektif utama dari mobilitas aktif adalah mencapai tempat tujuan dengan sebanyak mungkin melibatkan gerak tubuh, menjadikan gerak tubuh manusia sebagai moda transportasi itu sendiri. Mobilitas aktif paling sering dilakukan dalam bentuk berjalan kaki dan bersepeda. Uniknya, mobilitas aktif juga mendorong percampuran dengan moda lain, terutama transportasi publik, karena di dalam setiap penggunaan angkutan umum pasti terdapat mobilitas aktif yang terjadi sebelum dan setelahnya: kita harus berjalan kaki untuk mencapai halte atau platform yang kita tuju, bukan?

Banyak penelitian telah menunjukkan bahwa memasukan mobilitas aktif ke program pemerintah akan lebih efektif daripada mendorong mobilitas aktif di tingkat individu. Namun di sisi lain, situasi Bandung sebetulnya memungkinkan untuk bermobilitas aktif dengan iklimnya yang sejuk, trotoar (di pusat kota) yang layak, adanya lajur sepeda di beberapa segmen, jaringan angkot yang relatif luas, semakin banyaknya tempat-tempat komersial yang menyediakan sarana parkir sepeda, hingga adanya Boseh, program bike sharing skala kota pertama di Indonesia yang masih beroperasi hingga hari ini.

Tidak seperti kendaraan bermotor yang memerlukan kemampuan khusus serta memiliki batasan usia, mobilitas aktif adalah jenis mobilitas yang dapat dilakukan semua orang. Adapun, untuk yang baru berniat memulai mobilitas aktif di Bandung, berikut ini tips yang menurut kami feasible dilakukan, diantaranya:

  1. Mengurangi porsi berkendara pribadi dengan sesekali naik angkutan umum, terutama untuk perjalanan yang dilakukan sendirian. Pelajari rute-nya dengan observasi dan sedikit googling. Sistem informasi angkutan umum di Bandung memang belum bisa dikatakan sempurna, namun kita juga selalu dapat bertanya pada warga lokal.
  2. Cek Google Maps untuk rute yang akan kamu lakukan. Dengan kondisi prasarana pedestrian yang ada, berjalan kaki hingga 0.8 km masih mungkin dilakukan. 0.8 hingga 5 km, jawabannya adalah sepeda. Lebih dari 5 km, kamu bisa mencoba angkutan umum.
  3. Konversikan waktu yang terbuang di perjalanan angkutan umum menjadi aktivitas produktif. Keunggulan utama naik angkutan umum adalah kita bisa melakukan aktivitas yang tidak mungkin dilakukan sambil menyetir seperti baca buku, bermain games, bekerja dengan tablet, bahkan power nap.
  4. Temukan dorongan lain untuk bermobilitas aktif, misalnya ingin meningkatkan kebugaran, ingin mengurangi pengeluaran, ataupun ingin mengeksplor kota. Ya, jalan kaki adalah cara terbaik untuk merasakan suasana kota dan menemukan hal-hal kecil yang tidak akan ditemukan jika berkendara.
  5. Mengajak inner-circle untuk turut serta mencoba aktivitas ini. Ini juga untuk mereplikasi dampak positif dari mobilitas aktif. Posting kegiatan ber-mobilitas aktif di media sosial juga akan berdampak positif.

Pada akhirnya, jawaban dari judul tulisan ini adalah: ya, sangat mungkin. Mobilitas aktif bisa dilakukan meski harus dimulai dari level individu. “Vox populi, vox dei”, kita harapkan jika semakin banyak individu yang melakukan mobilitas aktif maka stakeholder kota akan terdorong untuk menghadirkan fasilitas pendukungnya dan membuat kebijakan-kebijakan mobilitas yang berorientasi manusia.

--

--

Banopolis Inovasi Kendara
Banopolis Inovasi Kendara

Written by Banopolis Inovasi Kendara

Urban mobility start-up | We develop ride sharing system | We are here on Medium to share our thoughts about mobility, cities, and people.

No responses yet